watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MENANTU PEREMPUAN

Frans, 56 tahun, dengan perutnya gendut yang
kebanyakan minum bir, kepalanya mulai botak
dan sudah menduda selama 10 tahun. Setelah
rumahnya dijual untuk membayar hutang
judinya, dia terpaksa datang dan menginap di
rumah putranya yang berumur 28 beserta
menantu perempuannya. Sekarang dia harus
menghabiskan waktunya dengan pasangan
muda tersebut sampai dia dapat menemukan
sebuah rumah kontrakan untuknya.
Diketuknya pintu depan dan Ester, menantu
perempuannya yang berumur 24 tahun, muncul
memakai celana pendek putih dan kemeja biru
dengan hanya tiga kancing atasnya yang
terpasang, memperlihatkan perutnya yang rata.
Rambutnya yang berombak tergerai sampai
bahunya dan mata indahnya terbelalak
menatapnya.
"Papi, aku pikir papi baru datang besok, mari
masuk", katanya sambil berbalik memberi Frans
sebuah pemandangan yang indah dari pantatnya.
Dengan tingginya yang 175 itu, dia terlihat sangat
cantik. Dia mempunyai figur yang sempurna
yang membuat lelaki manapun akan bersedia
mati untuk dapat bercinta dengannya.
"Johan masih di kantor, sebentar lagi pasti
pulang."
"Kupikir aku hanya nggak mau ketinggalan bus",
kata Frans sambil duduk.
"Nggak apa-apa", jawab Ester, membungkuk ke
depan untuk mengambil sebuah mug di atas
meja kopi.
Dengan hanya tiga kancing yang terpasang, itu
memberi Frans sebuah pemandangan yang
bagus akan payudaranya, kelihatan sempurna.
Memperhatikan hal tersebut menjadikan Frans
ereksi dengan cepat, dan dia harus lebih berhati-
hati untuk menyembunyikan reaksi tubuhnnya.
Ester duduk di sofa di depan Frans dan
menyilangkan kakinya, memperlihatkan pahanya
yang indah. Posisi duduknya yang demikian
membuat pusarnya terlihat jelas ketika dia mulai
bertanya pada Frans tentang perjalanannya dan
bagaimana keadaannya.
"Perjalanan yang melelahkan", Frans menjawab
sambil matanya menjelajahi dari kepala hingga
kaki pada keindahan yang sedang duduk di
depannya.
Sudah lebih dari 5 tahun sejak Frans
berhubungan seks untuk terakhir kalinya. Setelah
isterinya meninggal, Frans sering mencari wanita
panggilan. Tetapi hal itu semakin membuat
hutangnya menumpuk, dan dia tidak mampu lagi
untuk membayarnya. Ester menyadari kalau
kemejanya memperlihatkan beberapa bagian
tubuhnya pada mertuanya, maka dia dengan
cepat segera membetulkan kancing kemejanya.
"Aku harus ke atas, mandi dan segera
menyiapkan makan malam. Anggap saja rumah
sendiri", katanya sambil berjalan naik ke tangga.
Mata Frans mengikuti pantat kencangnya yang
bergoyang saat berjalan di atas tangga dan dia
tahu bahwa dia memerlukan beberapa ‘format
pelepasan’ dengan segera. Kemudian telepon
berbunyi. Frans mengangkatnya.
"Halo"
"Hallo, ini papi ya?", itu Johan.
"Ya Jo", jawab Frans.
"Pi, aku khawatir harus meninggalkan papi untuk
urusan bisnis dan mungkin nggak akan kembali
sampai Senin. Ada keadaan darurat. Maafkan aku
soal, ini tapi papi bisa kan bilang ini ke Ester, aku
harus mengejar pesawat sekarang. Maafkan aku
tapi aku akan telepon lagi nanti". Mereka
mengucapkan selamat jalan lalu menutup
teleponnya.
Frans memutuskan untuk menaruh koper-
kopernya. Dia berjalan ke atas, melewati kamar
tidur utama, terdengar suara orang yang sedang
mandi. Frans menaruh koper-kopernya dan
pelan-pelan membuka pintu kamar tidur itu lalu
menyelinap masuk. Ada sepasang celana jeans
berwarna biru di atas tempat tidur, dan sebuah
atasan katun berwarna putih. Frans mengambil
atasan itu dan menemukan sebuah pakaian dalam
wanita dibawahnya. Ini sudah cukup. Diambilnya
celana dalam itu, membuka resliting celananya,
dan mulai menggosok kemaluannya dengan itu.
Jantungnya berdebar mengetahui menantu
perempuannya sedang berada di kamar mandi di
sebelahnya selagi dia sedang memakai celana
dalamnya untuk ‘format pelepasan’ dirinya.
Dipercepatnya gerakannya sambil mencoba
membayangkan seperti apa Ester saat di atas
tempat tidur, dan bagaimana rasanya
mendapatkan Ester bergerak naik turun pada
penisnya.
Frans hampir dekat dengan klimaksnya ketika dia
mendengar suara dari kamar mandi berhenti.
Dengan cepat Frans menaruh pakaian itu ke
tempatnya semula dan keluar dari kamar itu. Dia
menutup pintunya, tapi masih membiarkannya
sedikit terbuka. Baru saja dia keluar, Ester muncul
dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang
membungkus tubuhnya. Frans bisa langsung
orgasme hanya dengan melihatnya dalam
balutan handuk itu, lalu dia tahu dia akan
mendapatkan yang lebih baik lagi.
Ester melepas handuknya, membiarkannya jatuh
ke lantai, tidak mengetahui kalau mertuanya yang
terangsang sedang mengintip tiap geraknya. Dia
mendekat ke pintu, saat dia pertama kali
melihatnya Frans memperoleh sebuah
pemandangan yang sempurna dari pantat yang
sangat indah itu. Kemudian Ester memutar
tubuhnya yang semakin mempertunjukkan
keindahannya. Vaginanya terlihat cantik sekali
dihiasi sedikit rambut dan payudaranya kencang
dan sempurna, seperti yang dibayangkan Frans.
Dia mulai mengeringkan rambutnya yang basah
dengan handuk, membuat payudaranya sedikit
tergoncang dari sisi ke sisi. Frans menurunkan
salah satu kopernya dan menggunakan
tangannya untuk mulai mengocok penisnya lagi.
Ester yang selesai mengeringkan rambutnya,
mengambil celana dalamnya dan membungkuk
ke depan untuk memakainya.
Saat melakukannya, Frans mendapatkan sebuah
pemandangan yang jauh lebih baik dari
pantatnya, dan dia tidak lagi mampu
mengendalikan dirinya, dia bisa langsung masuk
ke dalam sana dan menyetubuhinya dari
belakang. Lubang anusnya yang berwarna merah
muda terlihat sangat mengundang ketika pikiran
Frans membayangkan apa Ester mengijinkan
putranya memasukkan penisnya ke dalam lubang
itu. Ketika dia membungkuk untuk memakai
jeansnya, gravitasi mulai berpengaruh pada
payudaranya. Penglihatan ini mengirim Frans ke
garis akhir, saat dia menembakkan spermanya ke
seluruh celana dalamnya. Pelan-pelan Frans
mengemasi baarang-barangnya dan dengan
cepat memasuki kamarnya sendiri untuk berganti
pakaian.
Sesudah makan malam, mereka berdua pergi ke
ruang keluarga untuk bersantai.
"Kenapa tidak kita buka sebotol wine. Aku
menyimpannya untuk malam ini buat Johan tapi
karena sekarang dia tidak pulang sampai hari
Senin, kita bisa membukanya", kata Ester sambil
berjalan ke lemari es.
"Ide yang bagus", jawab Frans memperhatikan
Ester membungkuk ke depan untuk mengambil
botol wine. Ketika Ester mengambil gelas di atas
rak, atasan putihnya tersingkap ke atas, memberi
sebuah pandangan yang bagus dari tubuhnya.
Atasannya menjadikan payudaranya terlihat lebih
besar dan jeansnya menjadi sangat ketat,
memperlihatkan lekukan tubuhnya. Frans tidak
bisa menahannya lagi. Dia harus bisa
mendapatkannya. Sebuah rencana mulai
tersusun dalam otak mesumnya.
Dua jam berbicara dan mulai mabuk saat alkohol
mulai menunjukkan efeknya pada Ester. Dengan
cepat topik pembicaraan mengarah pada
pekerjaan dan bagaimana Ester sedang
mengalami stress belakangan ini.
"Kenapa kamu tidak mendekat kemari dan aku
akan memijatmu", tawar Frans. Ester dengan
malas berkata ya dan pelan-pelan mendekat pada
Frans dan berbalik pada punggungnya lalu tangan
Frans mulai bekerja pada bahunya.
"Oohh, ini sudah terasa agak baikan", dia
merintih.
Frans tetap memijat bahunya ketika perasaan
mendapatkan Ester mulai mengaliri tubuhnya,
membuat penisnya mengeras. Mata Ester kini
terpejam saat dia benar-benar mulai menikmati
apa yang sedang dilakukan Frans pada bahunya.
Pantatnya kini berada di atas penis Frans,
membuat Frans ereksi penuh.
"Oohh, aku tidak bisa percaya bagaimana leganya
perasaan ini, papi sungguh baik".
"Ini keahlianku", jawab Frans saat dia pelan-pelan
mulai menggosokkan penisnya ke pantat Ester.
Ester menyadari apa yang sedang terjadi. Dia
tidak menghiraukan apa yang Frans lakukan
dengan pijatannya yang mulai ‘salah’ itu. Dia
sangat mencintai suaminya dan tidak pernah akan
mengkhianati dia. Dan bayangan tidur dengan
mertuanya sangat menjijikkannya. Dia
meletakkan kedua tangannya pada kaki Frans saat
mencoba untuk melepaskan dirinya dari penis
Frans. Tapi dengan gerakan malasnya, hanya
menyebabkannya menggerakkan pantatnya naik
turun selagi dia menggunakan tangannya untuk
menggosok paha Frans. Tahu-tahu dia merasa
sangat bergairah, dan dia ingin Johan ada di sini
agar dia bisa segera bercinta dengannya. Frans
tahu dia telah mendapatkannya.
"Ini mulai terasa nggak nyaman untuk aku,
kenapa kita tidak pergi saja ke atas", ajak Frans .
"Baiklah, aku belum merasa lega benar, tapi
sebentar saja ya, sebab aku nggak mau
membuat papi lelah".
Ketika mereka memasuki kamar tidur, Frans
menyuruhnya untuk membuka atasannya agar
dia bisa menggosokkan lotion ke punggungnya.
Dia setuju melepasnya dan dia memperlihatkan
bra putihnya yang menahan payudaranya yang
sekal. Gairahnya terlihat dengan puting susunya
yang mengeras yang dengan jelas terlihat dari
bahan bra itu. Apa yang Ester kenakan sekarang
hanya bra dan jeans ketatnya, yang hampir tidak
muat di pinggangnya. Ester rebah pada perutnya
ketika Frans menempatkan dirinya di atas
pantatnya.
"Begini jadi lebih mudah untukku", kata Frans saat
dia dengan cepat melepaskan kemejanya dan
mulai untuk menggosok pinggang dan
punggung Ester bagian bawah. Alkohol telah
berefek penuh pada Ester ketika dia memejamkan
matanya dan mulai jatuh tertidur.
"Oohh Johan", dia mulai merintih.
Frans tidak bisa mempercayainya. Di sinilah dia,
setelah 5 tahun tanpa seks, di atas tubuh
menantu perempuannya yang cantik dan masih
muda dan yang dipikirnya dia adalah suaminya.
Pelan-pelan dilepasnya celananya sendiri, dan
membalikkan tubuh Ester. Frans pelan-pelan
mencium perutnya yang rata saat dia mulai
melepaskan jeans Ester dengan perlahan. Vagina
Ester kini mulai basah saat dia bermimpi Johan
menciumi tubuhnya. Dengan hati-hati Frans
melepas jeansnya dan mulai menjalankan
ciumannya ke atas pahanya. Ketika dia mencapai
celana dalam yang menutupi vaginanya, dia
menghirup bau harumnya, dan kemudian sedikit
menarik ke samping kain celana dalam yang kecil
itu dan mencium bibir vagina merah mudanya.
Vaginanya lebih basah dari apa yang pernah
Frans bayangkan. Ester menggerakkan salah satu
tangannya untuk membelai payudaranya sendiri,
sedang tangan yang lainnya membelai rambut
Frans .
"Oohh Johan", dia merintih ketika sekarang Frans
menggunakan lidahnya untuk menyelidiki
vaginanya. Penisnya akan meledak saat dia mulai
menjalankan ciumnya ke atas tubuhnya.
"Jangan berhenti", bisik Ester.
Dia sekarang menggerakkan penisnya naik turun
di gundukannya, merangsangnya. Hanya celana
dalam putih kecil yang menghalanginya
memasuki vaginanya. Frans lebih melebarkan
paha Ester, dan kemudian mendorong celana
dalam itu ke samping saat dia menempatkan
ujung penisnya pada pintu masuknya. Pelan-
pelan, di dorongnya masuk sedikit demi sedikit
ketika Ester kembali mengeluarkan sebuah
rintihan lembut. Sudah sekian lama dia
menantikan sebuah persetubuhan yang panas,
dan sekarang dia sedang dalam perjalanan
‘memasuki’ menantu perempuannya yang cantik.
Dia menciumi lehernya saat menusukkan
penisnya keluar masuk. Dia mulai meningkatkan
kecepatannya, saat dia melepaskan branya. Frans
mencengkeram kedua payudara itu dan
menghisap puting susunya seperti bayi. Perasaan
ini tiba-tiba membawa Ester kembali pada
kenyataan saat dia membuka matanya. Dia tidak
bisa percaya apa yang dia lihat. Mertuanya
sedang berada di atas tubuhnya, mendorong
keluar masuk ke vaginanya dengan gerakan yang
mantap, dan yang paling buruk dari semua itu,
dia membiarkannya terjadi begitu saja.
Frans melihat matanya terbuka, maka dia
memegang kaki Ester dan meletakkannya di atas
bahunya dengan jari kakinya yang menunjuk
lurus ke atas. Kini dia menyetubuhinya untuk
segala miliknya yang berharga.
"Oh tidak... hentikan... oh... Tuhan... kita nggak
boleh... tolong.. ooohhh", Ester berteriak.
Payudaranya terguncang seperti sebuah gempa
bumi ketika Frans menyetubuhinya layakanya
seekor binatang.
"Hentikan pi... ini nggak benar... oohh Tuhan",
Ester berteriak dengan pasrah. Frans melambat,
dia menunduk untuk mencium bibir Ester. Lutut
Ester kini berada di sebelah kepalanya sendiri saat
dia menemukan dirinya malah membalas ciuman
Frans. Sesuatu telah mengambil alihnya. Lidah
mereka kini mengembara di dalam mulut
masing-masing ketika mereka saling memeluk
dengan erat. Frans menambah lagi kecepatannya
dan keluar masuk lebih cepat dari sebelumnya,
Ester semakin menekan punggungnya. Frans
berguling dan Ester kini berada di atas,
‘menunggangi’ penis Frans .
"Oh Tuhan, papi merobekku", kata Ester ketika dia
meningkat gerakannya.
"Kamu sangat rapat, aku bertaruh Johan pasti
kesulitan mengerjai kamu", jawabnya.
Ini adalah vagina yang paling rapat yang pernah
Frans ‘kerjai’ setelah dia mengambil keperawanan
isterinya. Dia meraih ke atas dan memegang
payudaranya, meremasnya bersamaan lalu
menghisap puting susunya lagi.
"Tolong jangan keluar di dalam... oohh... papi
nggak boleh keluar di dalam".
Ester kini menghempaskan Frans jadi gila. Mereka
terus seperti ini sampai Frans merasa dia akan
orgasme. Dia mulai menggosok beberapa cairan
di lubang pantat Ester. Dia kemudian menyuruh
Ester untuk berdiri pada lututnya saat dia bergerak
ke belakangnya, dengan penisnya mengarah
pada lubang pantatnya.
“Nggak, punya papi terlalu besar, aku belum
pernah melakukan ini, Tolong pi jangan", Ester
menghiba berusaha untuk lolos.
Tetapi itu tidak cukup untuk Frans. Sambil
memegangi pinggulnya, dengan satu dorongan
besar dia melesakkan semuanya ke dalam pantat
Ester.
"Oohh Tuhan", Ester menjerit, dia
mencengkeram ujung tempat tidur dengan kedua
tangannya.
Frans mencabut pelan-pelan dan kemudian
mendorong lagi dengan cepat. Payudaranya
tergantung bebas, tergguncang ketika Frans
mengayun dengan irama mantap.
"Oohh papi bangsat".
"Aku tahu kamu suka ini", jawab Frans, dia
mempercepat gerakannya.
Ester tidak bisa percaya dia sedang menikmati
sedang ‘dikerjai’ pantatnya oleh mertuanya.
"Lebih keras", Ester berteriak, Frans memegang
payudaranya dan mulai menyetubuhinya sekeras
yang dia mampu. Ditariknya bahu Ester ke atas
mendekat dengannya dan menghisapi lehernya.
"Aku akan keluar", teriak Frans.
"Tunggu aku ", jawabnya.
Frans menggunakan salah satu tangannya untuk
menggosok vaginanya, dan kemudian dia
memasukkan dua jari dan mulai mengerjai
vaginanya. Ester menjerit dengan perasaan
nikmat sekarang saat dalam waktu yang
bersamaan telepon berbunyi. Ester menjatuhkan
kepalanya ke bantal ketika Frans mengangkat
telepon, dengan satu tangan masih menggosok
vaginanya.
"Halo... Johan... ya dia menyambutku dengan
sangat baik... ya aku akan memanggilnya,
tunggu", katanya saat dia menutup gagang telpon
supaya Johan tidak bisa dengar suara jeritan
orgasme istrinya.
Dia bisa merasakan jarinya dilumuri cairan Ester.
Dengan satu dorongan terakhir dia mulai
menembakkan benihnya di dalam pantat Ester.
Semprotan demi semprotan menembak di dalam
pantat rapat Ester. Mereka berdua roboh ke
tempat tidur, Frans di atas punggung Ester.
Penisnya masih di dalam, satu tangan masih
menggosok pelan vagina Ester yang terasa sakit,
tangan yang lain meremas ringan payudaranya.
"Halo Johan", kata Ester mengangkat telepon.
"Tidak, kita belum banyak melakukan kegiatan...
jangan cemaskan kami, hanya tolong usahakan
pulang cepat... aku mencintaimu".
Dia menutup dan menjatuhkan telepon itu.
Mereka berbaring di sana selama lima menitan,
Frans masih di atas, nafas keduanya berangsur
reda. Frans mencabut jarinya yang berlumuran
sperma dan menaruhnya ke mulut Ester. Dia
menghisapnya hingga kering, dan kemudian
bangun.
"Aku pikir lebih baik papi keluar", dia berkata
dengan mata yang berkaca-kaca. Dia berjalan
sempoyongan ke arah kamar mandi itu.
Rambutnya berantakan. Frans bisa lihat cairannya
yang pelan-pelan menetes turun di pantatnya,
dan menurun ke pahanya.


Adult | GO HOME | Exit
1/2677
U-ON

inc Powered by Xtgem.com